Hari gini masih jaman ya tawuran? Aduh.. gimana ya gue ngeliatnya. Orang-orang pada pinter, teknologi semakin maju, informasi semakin mudah didapat. Kalaupun di luar sana ada yang ribut, itu terjadi karena memperjuangkan kebutuhan primer (sandang, pangan, dan papan). Eh ini yang ribut pelajar yang sekolah di sekolah unggulan. Segitu susahnya ya ribut pake otak ketimbang otot. Apa sih yang diributin? Apa sih yang diperjuangkan? Seberapa sulit masalahnya sehingga tidak bisa mencapai kata "DAMAI"? Apa ngga ada pihak dari kedua sekolah yang menanggulangi permasalahan ini? Apa pelajaran agama yang diberikan juga sulit sekali diterapkan pada kehidupan pelajar?
Gue masih menganggap bahwa tawuran hanya milik orang-orang yang ngga mampu menggunakan otaknya ataupun orang-orang yang sedang berjuang untuk pemenuhan kebutuhan dasar dan bertahan hidup. Gue juga salut dengan orang yang ngga punya kesempatan mengenyam pendidikan seperti mereka tapi bisa pakai otaknya untuk berargumentasi dan meluruskan masalah dengan baik tanpa otot.
Ingin rasanya bertanya, hei nak, ngapain bawa bambu itu? Apa kegiatanmu yang positif kurang diperbanyak sehingga masih punya waktu untuk tawuran? Atau kamu dipaksa membawa bambu itu untuk tawuran? Atau kamu terpengaruh? Betapa tegap dan bersemangatnya kamu mau tawuran nak. Ingat orang tuamu, nak. Hiks.. sedihnya hati gue melihat anak-anak ini.
Share